Kumpulan Puisi
Sapardi Djoko Damono
1. Aku Ingin
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Pernah dengar alih wahana?
Puisi Aku
Ingin menjadi salah satu karya Sapardi yang beralih wahana
menjadi lagu, atau biasa disebut musikalisasi puisi.
Gimana? Nggak kalah romantis kan?
Puisi ini bisa kalian temui dalam buku kumpulan puisi Hujan
Bulan Juni.
2. Pada Suatu
Hari Nanti
“Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.”
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.”
Lewat puisinya ini, eyang seolah
menyatakan alasan dirinya masih menulis hingga kini. Lewat puisinya dalam Hujan
Bulan Juni ini pula, eyang seolah menyelipkan wasiat bahwa
kita akan kekal bersama tulisan-tulisan yang kita tinggalkan.
3. Hanya
“Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu”
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu”
Tanpa perlu banyak bermetafora,
Sapardi membuat pembacanya menyelam jauh ke dalam kata-kata yang ia ramu.
Puisi Hanya bisa
kalian jumpai bersama 74 sajak lainnya dalam buku kumpulan puisi Sapardi yang
berjudul Melipat Jarak.
4. Sajak-Sajak
Kecil tentang Cinta
“mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku”
harus menjelma aku”
Romantis sekali bukan eyang
Sapardi ini? Ia dengan baik menjelmakan maksud hati untuk menyatakan “hanya aku
yang bisa mencintaimu” dengan analogi-analogi yang begitu cantik sebagai
pengantarnya. Sama dengan puisi Hanya, puisi ini bisa kalian jumpai
dalam Melipat
Jarak.
5. Menjenguk Wajah Di Kolam
“Jangan kau ulangi
Menjenguk
Wajah yang merasa
Sia sia, yang putih
Yang pasi itu
Jangan sekali-
Kali membayangkan
Wajahmu sebagai
Rembulan .
Ingat,
Jangan sekali-
Kali. Jangan.
Baik, tuan”
Sumber: https://www.gramedia.com/blog/5-kumpulan-puisi-cinta-sapardi-djoko-damono-paling-romantis/#gref
Tidak ada komentar:
Posting Komentar