Tentang Seni
Pengertian Seni: Fungsi, Tujuan, dan Macam-Macam Seni
Pengertian Seni
Adalah
Sebenarnya, apa arti seni? Pengertian seni adalah suatu ekspresi
perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan di dalamnya dan diungkapkan
melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam bentuk nada, rupa,
gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia.
Ada juga yang berpendapat bahwa
pengertian seni adalah semua hal yang diciptakan oleh manusia yang mengandung
unsur keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain. Pada intinya,
seni merupakan hasil akivitas batin seseorang yang dinyatakan dalam bentuk
karya yang bisa mempengaruhi perasaan manusia.
Pengertian seni secara etimologi berasal
dari bahasa Sansekerta, yaitu Sani yang artinya pemujaan, persembahan, dan
pelayanan. Dengan kata lain, seni sangat erat hubungannya dengan upacara
keagamaan yang disebut juga dengan “kesenian”.Pengertian Seni Menurut Para Ahli
Untuk lebih memahami apa arti seni, maka
kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli tentang definisi seni. Berikut
ini adalah pengertian seni menurut para ahli:
1. Aristoteles
Menurut Aristoteles, pengertian seni
adalah suatu bentuk ungkapan dan penampilan yang tidak pernah menyimpang dari
kenyataan, dan seni itu meniru alam.
2. Plato
Menurut Plato, pengertian seni itu
adalah hasil tiruan alam dan segala isinya (ars imitator naturam).
3. Herbert Read
Menurut Herbert Read, pengertian seni
adalah ekspresi dari penuangan hasil pengamatan dan pengalaman yang dikaitkan
dengan perasaan, aktivitas fisik dan psikologis ke dalam bentuk karya.
4. Thomas Munro
Menurut Thomas Munor, definisi seni
adalah suatu alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas
manusia lain yang melihatnya.
5. Leo Tolstoy
Menurut Leo Tolstoy, pengertian seni
adalah ungkapan perasaan pencipta yang kemudian diungkapkan pada orang lain
dengan harapan mereka dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penciptanya.
6. Sudarmaji
Menurut Sudarmaji, pengertian seni
adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis manusia dengan memakai media
garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
7. Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hajar Dewantara, arti seni
adalah hasil keindahan sehingga dapat mempengaruhi perasaan seseorang yang melihatnya,
dan seni merupakan perbuatan manusia yang bisa mempengaruhi dan menimbulkan
perasaan indah.
8. Alexander Baum Garton
Menurut Alexander Baum Garton,
pengertian seni adalah keindahan dan tujuan yang positif menjadikan penikmat
merasa dalam kebahagiaan.
9. Drs. Popo Iskandar
Menurut Popo Iskandar, pengertian seni
adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan seseorang kepada orang lain
dalam kesadaran hidup bermasyarakat/berkelompok.
10. Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, definisi seni
adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
11. Hilary Bel
Menurut Hilary Bel, pengertian seni
adalah istilah yang digunakan untuk semua karya yang dapat menggugah hati untuk
mencari tahu siapa penciptanya.
12. Eric Ariyanto
Menurut Eric Ariyanto, pengertian seni
adalah aktivitas rohani atau batin yang direfleksikan dalam bentuk karya dan
dapat membangkitkan perasaan seseorang yang melihat atau mendengarnya.
13. Ensiklopedi Indonesia
Menurut Ensiklopedi Indonesia,
pengertian seni adalah ciptaan dari segala hal, karena keindahannya maka orang
senang untuk melihat ataupun mendengarkannya.
Fungsi
Seni
Berdasarkan pengertian seni yang telah
disebutkan di atas, fungsi seni secara umum adalah sebagai bentuk/ cara
penyampaian ekspresi seseorang kepada orang lain dan
lingkungannya. Beberapa fungsi seni dapat bedakan dalam dua kelompok,
yaitu fungsi seni bagi individu dan fungsi seni bagi sosial.
A. Fungsi Seni Bagi Individu
Bagi individu, seni memiliki fungsi
sebagai alat pemenuhan kebutuhan mereka. Adapun bentuk kebutuhan tersebut
diantaranya:
1. Seni Sebagai Alat
Pemenuhan Kebutuhan Fisik
Manusia adalah mahluk yang mempunyai
kecakapan dalam memberi apresiasi pada keindahan dan penggunaan berbagai benda.
Dalam proses pemenuhan kebutuhan fisik ini, para seniman mempunyai peranan
penting dalam menciptakan berbagai benda-benda bernilai seni untuk pemuasan
kebutuhan fisik dan memberikan kenyamanan bagi orang lain.
2. Seni Sebagai Alat
Pemenuhan kebutuhan Emosional
Emosi adalah peraasaan di dalam diri
manusia, baik itu perasaan senang, marah, sedih, haru, cinta, benci, dan
lain-lain. Semua orang perlu meluapkan perasaan di dalam diri mereka agar
kondisi kejiwaannya tetap normal.
Untuk memenuhi kebutuhan emosional
tersebut, manusia membutuhkan dorongan dari luar dirinya. Misalnya, seseorang
yang punya jiwa seni dan estetika akan mengungkapkan emosinya melalui musik,
lukisan. Atau ketika seseorang merasa stress, maka ia membutuhkan waktu untuk
rekreasi, nonton bioskop, atau hal lainnya untuk meredakan tekanan jiwa.
B. Fungsi Seni Bagi Sosial
Manusia adalah mahluk sosial yang
memiliki kebutuhan akan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam
hal ini seni juga berfungsi sebagai media untuk pemenuhan kebutuhan sosial
tersebut.
1. Seni Sebagai
Media Agama/ Kepercayaan
Seni punya peranan penting dalam
penyampaian pesan religi/ agama kepada manusia. Hal ini bisa kita lihat dari
busana/ pakaian, upacara pernikahan, upacara kematian, lagu rohani, kaligrafi,
dan lain-lain.
Contoh fungsi seni dalam agama dapat
kita lihat pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Relief yang terdapat di
dinding Candi tersebut merupakan ilustrasi kitab suci agama Budha dan Hindu.
2. Seni Sebagai
Media Pendidikan
Seni juga punya peranan penting dalam
dunia pendidikan. Pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu
·
Pendidikan
formal; pendidikan di lingkungan sekolah
·
Pendidikan
non formal; pendidikan di lingkungan masyarakat
·
Pendidikan
informal; pendidikan di lingkungan keluarga
Melalui seni, individu dapat belajar
tentang nilai-nilai dan ilmu pengetahuan dengan cara yang menyenangkan.
Misalnya seorang siswa dapat belajar musik atau drama, dimana kegiatan ini
dapat mengekspresikan diri mereka kepada orang lain.
3. Seni Sebagai
Media Informasi
Melalui seni juga kita bisa menjelaskan
sesuatu kepada orang lain dengan lebih mudah. Misalnya penggunaan poster yang
bernilai seni dimana di dalamnya terdapat informasi tentang bahaya narkoba,
pentingnya imunisasi, dan penyampaian program pemerintah.
4. Seni Sebagai
media Hiburan
Sebagian besar yang berkaitan dengan
hiburan mengandung unsur seni dimana para pelaku seni dapat mengekspresikan
diri secara aktif atau pasif. Seorang seniman dapat merasakan senang, marah,
terharu, ketika karyanya disukai atau tidak disukai orang lain.
Begitupun individu yang melihat,
mendengar, merasakan sebuah karya seni. Manusia bisa merasa terhibur ketika
melihat sebuah lukisan, menonton bioskop, atau menonton sebuah konser musik.
Macam-Macam
Seni
Seni dapat dinikmati melalui media
pendengaran (audio art), penglihatan (visual art), dan kombinasi keduanya (audio visual art). Secara umum, seni dapat dibedakan
menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Seni Musik
Seni musik merupakan karya seni yang
menggunakan bunyi sebagai unsur utamanya. Selain itu, di dalam musi terdapat
juga unsur lain seperti harmonisasi, melodi, dan notasi. Selain dari alat-alat
musik, suara musik juga berasal dari manusia, misalnya akapela atau beatbox.
2. Seni Rupa
Seni rupa adalah karya seni yang dapat
dinikmati melalui media penglihatan, atau visual art. Seni rupa fokus pada
karya yang memiliki wujud dan rupa yang diekspresikan dalam bentuk lukisan,
gambar, patung, kerajinan tangan, multimedia, dan lain-lain.
3. Seni Tari
Seni tari merupakan bentuk seni yang
memanfaatkan gerakan tubuh sebagai keindahan. Seorang pengarah tari
(koreografer) dapat menyampaikan maksud atau pesan tertentu melalui gerakan
tarian.
Pada umumnya seni tari digabungkan
dengan seni musik. Dengan begitu maka konsentrasi dan konsistensi gerakan tari
menjadi lebih sempurna dalam penyampaian pesan dan perasaan.
4. Seni Sastra
Seni sastra merupakan bentuk seni yang
dinikmati melalui media pendengaran dan penglihatan. Melalui seni sastra dalam
kata-kata, seseorang bisa menyampaikan pesan dan kesan dengan cara yang
indah. Contoh seni sastra misalnya puisi (suara) dan kaligrafi (tulisan).
5. Seni Teater
Seni teater adalah seni yang
memvisualisasikan imajinasi atau menggambarkan buah pikir seseorang. Hasil
imajinasi tersebut berhubungan dengan perilaku mahluk hidup, baik secara
individu maupun kelompok.
Adapun beberapa kemampuan dasar dalam
seni teater adalah kemampuan menciptakan naskah, memahami karakter, dan
mengekspresikan karakter dalam naskah.
Pengertian Sanggar
Sanggar
Sanggar adalah suatu tempat
atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk
melakukan suatu kegiatan.
Selama ini suatu tempat
dengan nama "sanggar" biasa digunakan untuk kegiatan sebagai berikut:
1. Sanggar ibadah: tempat untuk beribadah biasanya di halaman
belakang rumah (tradisi masyarakat Jawa zaman dulu).
Selain sanggar kursus juga merupakan salah satu lembaga pelatihan yang
termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal, sehingga hal ini kadang
menimbulkan kerancuan pemahaman tentang sanggar dan kursus, untuk membedakan
hal tersebut dapat kita lihat dalam penjelasan di bawah ini
Sanggar dan kursus adalah sama-sama merupakan lembaga pelatihan dan
keduanya termasuk kedalam jenis pendidikan nonformal, tetapi antara sanggar dan
kursus memiliki perbedaan, adapun perbedaan tersebut adalah:
1. Kursus biasanya hanya mencakup proses
pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar, sedangkan sanggar mencakup seluruh
proses dari awal hingga akhir yaitu mencakup proses pengenalan (biasanya
melalui workshop/pelatihan singkat),pembelajaran, penciptaan atau membuat
karya, dan produksi. contoh: pembelajaran melukis, membuat karya lukis kemudian
pameran, penjualan/pelelangan semua dilakukan di dalam sanggar. Untuk
sertifikat sebagian besar sanggar biasanya tidak memberikan sertifikat, kecuali
pada sanggar-sanggar tertentu yang memang memiliki program untuk memberikan
sertifikat pada peserta didiknya.
2. Kursus biasanya menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran dalam waktu singkat (kursus menjahit, selama 3 bulan/ 50 jam) jadi
pesrta pelatihan dalam lembaga kursus tersebut hanya menjadi anggota selama 3
bulan saja, setelah itu peserta mendapat sertifikat dan keanggotaan kursus
berakhir, sedangkan pada sanggar seni memiliki masa keanggotaan lebih lama
bahkan terkesan tidak ada batas waktu keanggotaan.
Quotes Programmer
Quotes Programmer
"
Menjadi Programmer dapat membantu masyarakat di negara kita khususnya di
indonesia untuk membuat aplikasi - aplikasi yang berguna bagi kalangan pedagang
kelas bawah. "
"
Programmer itu tidak di pandang remeh di kalangan masyarakat, karena kita mempunyai
keahlian yang belum tentu dimiliki orang lain. "
"
Kita memang bodoh, kita memang masih pemula dalam dunia komputer, tapi cita -
cita yang tinggi itu gratis, dan tidak mengeluarkan uang di kantong anda. Cita
- cita tinggilah membawa nama bangsa di dunia programmer "
"
Programmer bisa menjadi kaya, karena apa ? karena kita bisa mengasah kemampuan
kita dan menjual sesuatu yang kita bikin dengan harga mahal. "
"Mungkin
setiap hari selalu tidur hanya 6 jam bahkan kurang dari 5 jam, tapi asal kalian
tahu bahwa itulah yang membuat Bill Gates sang pendiri Microsoft menjadi orang
nomer 1 paling kaya tahun 2010 "
"
Jadi Programmer dapat meningkatkan imajinasi, dapat menyelesaikan masalah dan
dapat pula belajar dari kesalahan "
"Programmer
yang hebat sekeren dan sehebat Steve Jobs, Jhon Resig, Linus Torvalds,
Rasmus lerdorf dll itu pasti berawal dari Error sama seperti
kita yang pemula, tinggal bagaimana kita memiliki kekuatan dan
semangat "
"
Jangan pernah beranggapan bahwa saya ini bodoh dan tidak bisa menyelesaikan
algoritma apa - apa, coba anda liat projek anda yang dulu pernah anda buat,
betapa bangganya anda buat itu dengan hasil keringat sendiri "
"
Tidak ada programmer yang bodoh, cuma hanya masalah waktu dan masalah bagaimana
kita menjadi berusaha "
"
Sebagai programmer kita masih kalah dengan 1000 orang programmer berpengalaman,
akan tetapi kenapa kita tidak menjadi gila dan memimpin 1000 orang itu ?
"
"
Jangan Pernah sombong dan selalu ingat kepada Tuhan, karena apa ? karena semua
ilmu yang ada di dunia ini hakikatnya adalah ciptaan Tuhan "
"
Fokus dan bermimpilah menjadi programmer dunia dari negara INDONESIA dan
guncang dunia untuk membanggakan INDONESIA, Jangan pernah tinggalkan MIMPI !
"
Cerpen, Catatan Senja
Catatan Senja
Sendiri
aku menatap langit sore melalui kaca bus yang mengantarkan aku pulang ke
kontrakan di daerah Cawang. Sengaja aku mengambil bangku tidak terlalu di
sudut, dengan alasan agar mudah keluar masuk bila ada orangtua atau ibu-ibu
yang berdiri dan menawarkan bangku untuknya. Namun hari ini rasanya ada yang
beda. Tidak terlalu banyak penumpang yang berada di dalam bus seperti hari-hari
sebelumnya. Bahkan, beberapa shelter bus dilewati untuk menaik dan menurunkan
penumpang tidak begitu berpengaruh pada bangku yang aku duduki. “Bukankah hari
ini adalah hari libur?”, benakku bertanya. “Ah, mungkin banyak yang
menghabiskan libur panjang akhir pekan keluar kota.” Wajar saja, sebab ini
adalah hari Jumat dan merupakan awal libur panjang di akhir pekan ini.
Kubenahi
dudukku kembali, sesaat setelah aku transit di Halte Harmoni. Kutempati tempat
duduk yang posisinya sama persis dengan tempat dudukku di bus sebelumnya.
Bangku pertama setelah pintu dekat dengan jendela, selalu menjadi tempat duduk
kesukaanku. Selain aku ingin menghabiskan waktu menikmati perjalananku
memandang kota ini aku juga tidak perlu berpura-pura kesulitan keluar bila
ingin berganti duduk dengan penumpang prioritas. Yah, seperti kebanyakan
pengguna bus, sengaja mengambil tempat duduk pojokan, berpura-pura tidur dengan
memakai headset, agar tidak berganti duduk dengan penumpang prioritas. Bahkan
ada diantara mereka terkadang menggunakan tempat duduk yang tidak seharusnya
dia gunakan, namun seolah tidak melihat tanda, duduk dan pura-pura tidur,
sampai kondektur yang bertugas membangunkan. Aku pribadi tidak pernah mau ikut
campur dengan sikap para penumpang yang seperti itu pun tidak mau menghukum
mungkin saja dia kelelahan sehabis bekerja sehingga dia membutuhkan tempat
duduk di dalam bus. Daripada menghukum mereka, ada baiknya memberi contoh pada
para penumpang yang masih muda. Karena terkadang, beberapa dari penumpang ada
yang terkesan malu untuk memulai pertama menawarkan, namun setelah melihat
penumpang lain menawarkan berganti duduk, selalu ada yang mengikuti.
Termasuk
perjalanan yang nyaman sore ini, bahkan dari Stasiun Kota hingga ke Halte
Matraman aku sama sekali tidak beranjak dari tempat dudukku. Bahkan aku
tenggelam dalam lamunan sepanjang jalan sembari memandang setiap bangunan kota
ini dari dalam bus. Lamunan yang menghantarkan aku ke waktu setahun yang lalu
dimana untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di kota ini, ibukota
negara, Jakarta. Irama lagu dari pemutar musik milikku semakin membawa aku
hanyut pada kenangan saat-saat akan pindah ke kota ini. Aku sebut pindah karena
aku ingin memulai sesuatu yang baru lagi di kota ini, walaupun hal sebenarnya
adalah aku lari menghindar dari masalah yang aku miliki sebelum aku berada di
kota ini. Aku sendiri masih bingung, apakah aku benar-benar lari dari masalahku
atau sudah menjadi keputusan yang baik aku meninggalkan kotaku, kota dimana
berjuta kenangan dan sejarah perjalanan hidupku terbentuk, yang menjadikan aku
seperti sekarang ini.
Menjadi
pribadi seperti sekarang ini, cukup sulit mendefenisikannya. Karena aku sekarang
ini bukanlah orang terpandang di lingkungan kerja ataupun di lingkungan
masyarakat, bahkan di keluarga, aku sendiri tidak tahu apa namaku masih ada di
dalam kartu keluarga atau tidak. Cukup sederhana mendefenisikan pribadi seperti
apa aku sekarang. Aku bukanlah siapa-siapa, terkhususnya di kota ini. Dan hari
ini, genap setahun aku memulai hidup baruku, dan aku merayakannya dengan
berkeliling kota ini sembari mengulas kembali setahun perjalanan hidupku di
kota yang baru ini, agar aku bisa mencapai kembali tujuanku, mengembalikan
kebahagiaan serta duniaku berupa komunitas kecil yang dipenuhi cinta dan kasih
sayang yang kusebut sebagai keluarga.
“Pemberhentian
berikutnya, Halte Matraman!”, seru kondektur wanita yang bertugas di bus
transjakarta membuyarkan lamunanku sepanjang jalan. Aku lirik jam tanganku
sesaat menoleh ke arah langit sore, menunjukan 17:48. Seketika badanku beranjak
dari tempat dudukku seakan ada yang menariknya, sesaat batinku berseru “belum
terlalu malam!” Aku turun dari bus yang kutumpangi setelah pintu otomatis
terbuka. “Hhmm, benar-benar sepi.” Aku bergumam. Kutelusuri koridor keluar dari
halte menuju jembatan penyebrangan ke arah Gramedia. Kulangkahkan santai
kakiku, sembari menyulut sebatang Marlb*ro putih, menikmatinya perlahan seiring
langkah santaiku. Hingga sesaat aku terhenti menghadap ke arah jalan, sementara
aku menghabiskan sisa puntung rok*kku menikmati suasana kota yang sepi.
Kerlap-kerlip frekuensi yang berbeda dari jajaran lampu jalan dan lampu-lampu
gedung serta cahya dari lampu kendaraan yang berlalu lalang, menemani dan
menghiasi pandangan mataku menghabiskan sore ini.
“Boleh
saya bawa tas ke dalam, Pak?” tanyaku pada seorang security yang bertugas untuk
memastikan kamera dan alat elektronik milikku yang lainnya boleh ikut serta
masuk bersamaku. “Iya, silahkan mas.” Jawaban ramah kuterima dari dirinya.
Saling melempar senyum, kulangkahkan kakiku masuk menyusuri tiap-tiap rak di
toko itu. “Hhmmmm, aromanya sama.” Batinku berujar saat kuhirup aroma khas toko
itu. Aroma yang mengingatkan aku dengan Gramedia lainnya di kota yang lainnya
pula. Banyak kenangan yang kumiliki di toko buku milik perusahaan percetakaan
ini. “Apakah aku hendak mengenangnya hingga aku datang kesini?” Bahkan aku
berbicara pada diriku sendiri yang tersenyum. “Bodoh, ini sudah setahun aku
tidak berkunjung ke toko buku ini!” batinku meneruskan mencoba untuk melihat
toko buku ini dari sisi lainnya. Karena tidak seharusnya aku melihat semua hal
dari perspektif yang selalu sama, walaupun kemana aku melangkah keseragaman
budaya dan kesibukan sosial hampir sama di setiap kota. Dengan kata lain, bila
terlalu sering aku mengaitkan dengan segala hal yang telah berlalu, maka akan
aku temui setiap masa laluku di setiap kota yang aku jalani. Bahkan pun tidak
pernah ada yang menyalahkan bila engkau mengenang semua masa lalumu, yang
membuat dirimu terpuruk tanpa memaafkan semuanya itu lah yang menjadikan masa
lalu itu menjadi tali rajut yang lambat laun melilit lehermu.
Aroma
dari buku-buku yang tersusun rapi perlahan kuhirup seiring dengan langkah
kakiku menelusuri setiap rak buku. Tidak ada rencana untuk membeli buku,
sementara buku yang pernah kubeli masih ada yang belum selesai aku baca, namun
aku terus menyusuri rak demi rak melihat buku-buku terbitan terbaru selama setahun
atau pun yang menarik untuk dibaca. Sesaat memasuki salah satu lorong yang
raknya dipenuhi novel-novel terjemahan, kulihat sepasang muda mudi yang tengah
ngoborol pelan. Tidak terlalu jelas apa yang mereka obrolkan, pun aku tidak
terlalu peduli apa yang mereka bicarakan. Aku hanya peduli pada isi kepalaku
yang tiba-tiba memutar kenangan yang persis sama diterima dua bola mataku saat
memandang mereka. “Tempat kencan terbaik buat kalian”, gumamku dalam hati.
Lorong sempit ditemani buku dengan suasa hening akan mampu menciptakan cerita
baru dalam hidupmu. Setiap kata-kata dalam novel yang sedang kalian bahas tiada
lebih indah dan berkesan dibandingkan saat kebersamaan itu sendiri. Seperti
halnya kenangan indah yang tiba-tiba berputar setelah memandang mereka,
layaknya sebuah film documenter yang diputar hingga aku ingat setiap detailnya.
Bersama seseorang yang bahkan hari ini tidak pernah kutemui lagi dan tidak tahu
dimana dirinya sekarang.
“Hey,
Fakultas apa?” tanyaku pada seorang wanita yang aku pikir seumuranku, kala itu
dibalik rak buku di sebuah perpustakaan kampus. Sederhana perkenalan kami kala
itu terjadi begitu saja. Tubuhku beranjak sendiri dari bangku tempatku membaca
menghampiri dirinya di pojokan rak buku. Kuperkenalkan diriku dengan gugup karena
mencoba membuat suasana nyaman baginya di perkenalan awal kami. Dia membalas
perkenalanku dengan ramah, begitulah awalnya aku mengenal dirinya, tidak ada
yang manis hanya senyumannya yang manis. Senyuman yang mampu memalingkan
pandanganku dari buku bacaanku ketika dia lewat dari hadapanku yang tersenyum
pada seseorang yang lainnya di sekitaran meja tempat aku membaca. “Mau pulang
bareng?” Tanya seseorang yang aku pikir adalah temannya, cukup mengejutkan kami
berdua, padahal bukanlah suara yang keras yang darinya, mungkin kami yang
terlalu asik dengan obrolan kami. “Pulang bareng aku aja mau?” Setengah
berbisik aku mengatakannya, yang sebenarnya kata-kata itu hanya ada di dalam
otakku entah mengapa bibirku mengucapkannya. Mungkin saja tubuhku sudah mulai rileks
dibandingkan awal perkenalan tadi sekarang lepas dari kendali otakku sendiri.
“Ehh, aku bentar lagi, kalau udah selesai duluan aja!” Jawaban dari orang asing
di hadapanku ini bahkan sempat membuat aku sempat menahan nafasku. Orang asing
yang kutemui di lorong rak buku yang akhirnya kami saling berkenalan dan saling
berbagi di setiap hari-hari kami hingga pada akhirnya semesta memanggil untuk
memisahkan kami sebagai orang yang asing pula saat ini.
Kuhela
panjang nafas ku di putaran rak buku terakhir, berusaha menghentikan putaran
kenangan yang saat ini bekerja di kepalaku. Sebuah buku yang sempat aku ambil
dari salah satu rak, kubawa menuju meja kasir untuk kubayarkan. Walaupun tidak
ada rencana untuk membeli buku namun tetap saja selalu ada buku yang aku beli.
Segera
aku melangkah keluar setelah kubayar dan kusimpan buku itu. Berhenti sejenak
beberapa langkah setelah pintu keluar, kurogoh saku celanaku mengambil rokok
yang hendak aku hisap menuju jembatan penyebrangan kembali ke Halte Matraman.
Kuhirup dalam kepulan asap pertama, sembari melakukan pereganggan leher.
Seketika pandanganku gelap sesaat kepulan asap yang kedua kalinya kuhirup. Apa
karena mataku terpicing rapat hingga pandanganku gelap seketika atau aku memang
lagi tidak mampu memandang apa-apa, aku sendiri tidak tahu. Karena otakku
sendiri merespon rasa sakit di dadaku yang kucoba meremasnya untuk menekan rasa
nyeri itu sendiri. Aku terjatuh, hingga lututku membentur lantai yang hendak
menopang tubuhku. Rasa sakit yang semakin menjadi membuat aku meringis mencoba
mencari bantuan, aku bahkan tidak tahu apa sekelilingku ada yang
memperhatikanku atau malah membiarkan aku begitu saja. “Tolong aku!” Tidak
tahan dengan rasa sakit yang semakin menjadi di dadaku, kucoba berteriak,
walaupun sebenarnya aku tidak tahu apakah teriakanku didengarkan sekelilingku
atau tidak. Tangan kanan dan kiriku bersamaan meremas sesuatu, entah mana yang
meremas dadaku, aku pun tidak tahu. Hanya rasa sakit dan kegelapan yang
kurasakan.
Ternyata
benar, saat dirimu diambang kematian otakmu akan bekerja lebih cepat. Memutar
semua hal yang pernah terlintas dalam hidupmu. Mengembalikan semua kenangan
sebelum kenangan itu dihapuskan, aku sendiri tidak mengerti karena otakku
bekerja sendirinya. Menatap bayangan diriku yang berdiri sendiri berseberangan
dengan orang-orang yang kukasihi, seakan mereka semakin menjauh meninggalkan
aku sendiri. Semua hal yang sempat tersimpan di dalam benakku seolah berputar
begitu cepat di hadapanku, meninggalkan aku yang diam terpaku. Beginikah akhir
hidupku? Jalan sepi yang kutemui, kujalani hanya sesaat untuk kembali
memperbaiki setiap kesalahan dan membangun kembali hidupku akankah berakhir
sampai disini? Apakah aku akan mati? Tidak adakah kesempatan buatku untuk
mengembalikan semuanya? Apakah aku ditakdirkan untuk mati seperti ini? Mati
dalam sepi ditemani pertanyaan-pertanyaan yang secara perlahan tidak lagi mampu
aku pertanyakan dalam kepalaku (titik)